Abang itu jago sekali bermain bulu tangkis. Dulu di kala waktu sore, kau selalu mengajak aku bermain bulu tangkis di depan rumah. Walaupun kau yang di waktu itu sedang merasa lelah karena baru pulang kerja. Aku pun selalu mengalami kekalahan saat melawanmu. Tapi aku selalu menang bila bermain bulu tangkis bersama teman-temanku, karena aku selalu mendapat pembelajaran di setiap melawanmu. Akan tetapi situasi yang sekarang ini berbeda drastis seperti dulu. Teman-teman ku sering mengajak bermain bulu tangkis, tapi aku selalu menolaknya. Karena kenapa? karena bila aku bermain bulu tangkis, aku selalu membayangimu Bang, aku selalu ingat kepadamu. Dan secara otomatis itu membuat aku menjadi sedih.
Bang, banyak sekali orang-orang di luar sana yang bilang kalau wajah kita ini mirip. Aku sama sekali tidak merasakan GeEr Bang. Kenapa? karena wajah Abang itu lebih ganteng dari pada aku. Abang itu hidungnya mancung. Dan sedangkan aku... aku percaya kata-kata itu hanya untuk membuat aku merasakan GeEr.
Bang, dulu kau yang selalu menasihatiku, kau yang selalu menegurku secara lembut bila aku membuat kesalahan. kau yang selalu mengajariku dan memberikan saran untuk memperbaiki kesalahan yang selalu kuperbuat. Tapi sekarang aku tidak dapat itu, Bang. Kau sudah pergi, Dan sekarang aku sudah dewasa. Jadi aku belajar dengan sendiri untuk memperbaiki kesalahan yang kuperbuat.
Meski kini aku sudah mulai terbiasa hidup tanpamu, namun kenangan masa lalu bersamamu masih saja begitu melekat di hatiku, seakan-akan semuanya baru saja terjadi, seolah-olah kau masih belum benar-benar pergi.
Bang, aku rindu. Bila kau memang tak bisa kembali menemani hidupku, setidaknya temanilah aku walau hanya dalam mimpiku. Silakan, Bang. Silakan datang ke mimpiku kapan pun abang mau.
0 komentar:
Mohon beri komentar anda untuk kemajuan blog kami, dan beri komentar yang baik dan sopan. Terimakasih.